Sabtu, 02 Oktober 2010

u know nothing/all-thing

Apakah kamu sudah tahu segalanya? atau kamu merasa belum cukup mengetahui sesuatu ?
disini akan di bahas tentang you know nothing or all-thing
Manusia selalu merasa cukup bisa mengetahui segalanya. Namun dengan merasa cukup bisa mengetahui segalanya, kita tidak akan bisa berkembang karena dia sudah merasa cukup dengan apa yang sudah dia dapatkan.
sebagai contoh :
Ani : hai Budi kamu dah tahu belum tentang astronomi
Budi : Udah kok
Dengan Budi menyatakan bahwa ia sudah tahu tentang astronomi, dia tidak mendapatkan informasi yang ingin di sampaikan oleh Ani dan pendapat Ani tentang astronomi.
Anda terkadang malu menyatakan bahwa anda tidak tahu ?
jaganlah malu untuk enyatakan bahwa kita tidak tahu. Denagn kita menyatakan kita tidak tahu, kita akan berusaha untuk menjadi tahu.
Jika kita selalu ingin tahu terhadap sesuatu, kita akan berkembang dan berusaha untuk mencari tentang sesuatu yang kita tidak tahu. Kita bisa melakukan penelitian terhadap sesuatu yang kita tidak tahu sama sekali. seperti : bagaimana cara membuat tempe ? dan bagaimana proses pembuatannya ?
Lalu dengan rasa ingin tahunya untuk mengetahui bagaimana cara membuat tempe dan proses membuat tempe maka ia mencoba membuat tempe dengan menyiapkan 2 kg kacang kedeai,ragi tempe 1sdm dan tepung tapioka. Kemudian ia mulai memproses kacang kedelai dengan merebus kacang kedelai kemudian membersihkan kacang kedelai dari kulitnya. Ia melanjutkan proses selanjutnya. Ia mencampur kacang kedelai, ragi dan tepung tapioka sampai merata. Ia lalu memasukkan bahan-bahan yang telah di aduk tadi ke dalam plastik dan di plastik itu dia membuat lubang agar mendapatkan udara. Dan selama 2hari, iya sudah bisa menikmati tempe buatannya.
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari cerita tadi ialah seseorang yang menyatakan dirinya tidak tahu akan menjadi tahu jika ia mau berusaha untuk menjadi tahu dan mempunyai tekat yang keras untuk megetahui apa yang ia tidak ketahui.
Seperti halnya perkembangan manusia dari bayi yang tidak bisa melakukan sesuatu sendiri, balita yang suda bisa merangkak hingga kita beranjak dewasa membutuhkan proses yang cukup lama. Begitu pula dengan ketidak tahuan kita tentang sesuatu, kita harus melakukan sebuah proses untuk menjadi tahu. Setiap usaha yang kita lakukan tidak bisa secara instan kita dapatkan, semua butuh proses dan kesabaran untuk menjadi bisa.
Menyontek bisa membuat kita mendapatkan nilai yang bagus tapi apakah kita bisa menjadi pintar dengan mencontek ?
jika kita membiasakan diri dengan mencontek, kita akan tebiasa untuk santai-santai dan tiak berusaha untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.
Mencontek tidak ada manfaatnya hanya membuat kita malas. Dengan mencontek, kita tidak tahu sejauh mana pemahaman kita terhadap suatu pelajaran dan kita akan di ajrkan pada kebodohan dan hanya mengandalkan kebaikan orang lain. Padahal belum tentu yang kita contek itu benar.
Yang di maksud dengan u know nothing / allthing disini adalah bagaimana sikap kita untuk mengetahui sesuatu.
apakah kita santai-santai saja atau kita berusaha untuk mengetahui hal tesebut.
"Rasa Ingin Tahu Anak Besar = Anak Cerdas. Benarkah ?

Jika anda sudah banyak membaca buku ataupun menerima banyak informasi tentang perkembangan anak, pasti anda pernah mendapatkan pernyataan berikut:

“Anak yg selalu bertanya atau rasa ingin tahunya besar adalah anak yg cerdas.”

Benarkah pernyataan itu? Apakah memang demikian kenyataannya?
(Semoga anda tidak menjadi ragu dengan 2 pertanyaan di atas.)

Memang BENAR bahwa salah satu ciri anak cerdas adalah anak yg rasa ingin tahunya besar, selalu bertanya tentang banyak hal.

TETAPI, ada satu hal lagi yg perlu menjadi perhatian kita dalam menilai apakah anak tersebut BENAR-BENAR mempunyai ciri-ciri anak cerdas.

Apa itu?

Setelah anak mengajukan pertanyaan, ada 1 tahapan lanjutan yg bisa dijadikan acuan apakah dia benar-benar ingin tahu, yaitu:

“APAKAH ANAK BENAR-BENAR MEMPERHATIKAN JAWABANNYA.”

Anak yg cerdas akan bertanya banyak hal karena memang dia ingin tahu jawabannya. Biasanya, jika anak tersebut bertanya, dia akan ‘mengejar’ jawaban kita dengan pertanyaan lanjutan, sampai kita orangtua menjadi kewalahan dalam menjawabnya.

Inilah salah satu ciri-ciri anak cerdas yang sebenarnya!

Kadang-kadang kita melihat anak yang selalu bertanya, tetapi sebelum dijawab anak tersebut sudah bertanya lagi hal yang lain lagi secara terus menerus. Hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut tidak benar-benar ingin tahu terhadap apa yang ditanyakannya.

Menghadapi anak seperti itu, kita perlu mengarahkan sedikit demi sedikit, sehingga anak menjadi bisa memfokuskan dirinya terhadap apa yang ingin diketahuinya.

Kemudian, sarana TERBAIK untuk memuaskan keingin-tahuan anak adalah dengan menyediakan buku, dan mengajarkan anak MEMBACA sejak dini.

Aktivitas membaca mempunyai pengaruh terbesar dalam kehidupan berpikir seorang anak, yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap tingkat kecerdasan anak.

Untuk menstimulasi hal tersebut, kita perlu memberikan kegiatan lanjutan setelah anak selesai membaca dalam suasana yang menyenangkan. Misalnya, kita bisa membuat quiz tentang isi dari bacaan tersebut, dlsb. Hal ini perlu untuk melatih anak belajar menguasai isi bacaan tersebut.

Pemahaman terhadap isi bacaan merupakan tahap lanjutan yang sangat penting untuk diajarkan setelah anak mulai lancar membaca.

Yang lebih penting lagi:

JANGAN memaksa anak untuk membaca!

Beri kebebasan kepada anak untuk memilih buku yang ingin dibacanya.

INGAT, yang penting BUKAN APA yang dibaca oleh anak, TETAPI BAGAIMANA anak membacanya. Tentu saja, selama buku-buku tersebut sesuai untuk anak-anak.

Jangan samapai, misalnya, kita memaksa anak membaca buku tentang binatang, padahal anak sedang ingin membaca buku tentang angkasa luar.

Adil Fathi Abdullah dalam bukunya mengatakan:

“Andai kita berhasil membuat anak gemar dan menikmati aktivitas membaca serta menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan daya pikirnya, berarti kita telah memberikan kebaikan yang tidak ternilai dengan harta dunia.”(1)
*Faktor kemalasan
Faktor faktor tersebut antara lain:

1. KOndisi tempat belajar.
Yang di maksud tempat belajar disini adalah sekolah, rumah, perpustakaan ataupun tempat lainnya yang di gunakan untuk belajar. Tempat belajar ini harus tenang, nyaman, tenteram dan terhindar dari kegaduhan serta kebisingan yang dapat menggangu konsentrasi siswa. maka jika suasana tenang dan tentram suasana belajar akan menjadi kondusif, tranfer ilmu berjalan lancar.

2. Teman dalam belajar bisa guru ataupun siswa lainnya.
Teman disini adalah guru yang bisa diajak diskusi dan teman sepenanggungan dalam belajar sehingga terdapat persepsi yang sama tentang aktivitas yang di lakukan. kontradiksi tidak ada sehingga kebingungan siswa terkait kegiatan tersebut dapat di hindarkan, sehingga siswa menganggap bahwa belajar itu mudah dan yang di mengerti atau di maknai oleh dia juga sama dengan pengertian orang lain di sekitar.

3. Sarana prasarana belajar.
Dengan sarana yang lengkap maka tidak ada hambatan dalam belajar dengan lengkapnya perlatan belajar maka guru akan mudah menjelaskan dengan alat alat belajar yang mudah di mengerti oleh siswa , tinggal pengajar saja yang memilih mana peraga yang cocok bagi siswa yang dididiknya. maka sara dan prasarana sangat menunjang demi berlangsungnya prioses belajar mengajar.

4. motivasi dalam belajar.
motivasi adalah dorongan dari dalam diri setiap individu siswa. jika siswa tidak memiliki motivasi belajar, terus bagaimana dia mau belajar, dorongan saja tidak ada. maka penting bagi kita memberi motivasi kepada anak didik kita terkait motivasi atau dorongan dalam kita melaksanakan kegiatan belajar.

5.dukungan pihak lain dalam belajar.
dukungan adalah konsumsi mental siswa. dengan kita memberikan banyak dukungan dan perhatian kepada siswa , berarti kita telah membantunya 50 % dalam proses belajarnya. sebab setelah itu pasti siswa tinggal melaksanakan saja apa tugasnya selanjutnya berjalan sesuai dengan apa yang di berikan kepada siswa.

6.Arti belajar itu sendiri.
Banayk orang slah mengartikan apa itu belajar?
kalau kita slah mengartikan maka susahlah bagi meningkatkan kemampuan belajar kita.
kebanyakan orang mengartikan belajar adalah bagi anak anak, bagi remaja, bagi orang muda ataupun hanya bagi orang yang bersekolah atau kuliah. padahal tidak. belajar adalah untuk selamanya, belajar adalah sepanjang usia kita, belajar adalah bagi semua jenjang usia maupun umur. maka kita harus menanamkan hal tersebut bagi anak-anak kita suya mereka paham bahwa belajar adalah tidak terbatas umur dan itu dilakukan untuk dirinya sendiri.

Dengan memahami berbagai faktor tersebut, hendaknya kita paham tentang akar masalah dan solusinya bagi anak anak kita supaya anak didik kita menjadi anak yang cerdas, pandai dan terhindar dari sifat kemalasan dalam menuntut ilmu.(2)

itu lah faktor yang bisa membuat anda maju yaitu rasa ingin tahu dan faktor yang bisa menghambat anda yaitu kemalasan

kesimpulannya : hal yang dapat membuat jita maju adalah rasa ingin tahu, berusaha dan mencari informasi.
(1)http://balitacerdas.com
(2)http://lbbsuprauno.blogspot.com/2010/04/mengatasi-kemalasan-anak-dalam-belajar.html
hal yang menghambat kita untuk maju adalah kemalasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar